Jurnal UJI LEMAK DALAM MINYAK GORENG DAN PENGARUHNYA TERHADAP GORENAN PADA TUKANG GORENGAN DI SEKITAR KAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON BIOKIMIA


UJI LEMAK DALAM MINYAK GORENG DAN PENGARUHNYA TERHADAP GORENAN PADA TUKANG GORENGAN DI SEKITAR KAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
BIOKIMIA
Asri Nur Fitriani, Ifan Muhamad Sulaeman, Nasyifa Fauziah, Nina Annahdhiyah, Putriatin Solehatin, Ririn Rahayu

Jurusan Tadris IPA-Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132 
Telp: (0231) 481264 Faks : (0231) 489926


Abstrak:

Konsumsi gorengan  di kalangan masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat semakin maraknya berbagai varian gorengan yang didagangkan oleh beberapa penjual gorengan. Namun disisi lain, masih kurangnya perhatian terhadap kandungan dan dampak dari mengkonsumsi gorengan tersebut. Tujuan Penelitian  adalah menganalisis dan mengidentifikasi adanya asam lemak jenuh pada minyak bekas hasil penggorengan dan jajanan gorengan yang dijual dilingkungan kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian  Observasi dan Studi Literatur.  Populasi penelitian adalah  semua penjual jajanan gorengan yang tersebar di sekitar Kampus yaitu sebanyak  empat penjual gorengan dan  yang diambil  sebagai sampel yaitu dua penjual gorengan. Hasil menunjukkan minyak bekas hasil  penggorengan yang belum dan sesudah penggorengan sudah terdapat asam lemak jenuh dan kadarnya  cenderung meningkat meskipun tidak melebihi dari ambang batas yang ditentukan.Pada sampel pisang goreng, baik penggorengan pertama maupun penggorengan ketiga sudah terdapat asam lemak jenuh dan kadarnya cenderung meningkat meskipun tidak melebihi dari ambang batas yang  ditentukan. Peneliti selanjutnya perlu meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh asam lemak jenuh dalam makanan gorengan. disarankan agar mengurangi konsumsi gorengan yang memakai minyak  curah dan disarankan untuk tidak menggoreng dengan menggunakan minyak secara berulang -ulang.

Kata Kunci : Asam Lemak Jenuh, Gorengan, Minyak   

Abstrack:
The consumption of fried foods in the community is expected to continue to increase considering the increasing variety of fried foods that are traded by some fried vendors. But on the other hand, there is still a lack of attention to the content and effects of consuming these fried foods. The aim of the study was to analyze and identify the presence of saturated fatty acids in used oil from fried frying and snacks sold at IAIN Syekh Nurjati campus in Cirebon. The type of research used is Observation and Literature Study. The study population was all fried food sellers scattered around the campus, namely as many as four sellers of fried foods and taken as samples, namely two fried vendors. The results show that the oil that has not been used for frying and after frying already has saturated fatty acids and the levels tend to increase even though they do not exceed the specified threshold. not exceeding the specified threshold. Further researchers need to examine more about the effect of saturated fatty acids in fried foods. It is recommended to reduce the consumption of fried foods that use bulk oil and it is advisable not to fry using oil repeatedly.

Keywords: Saturated Fatty Acids, Fried, Oil


A.  Pendahuluan
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. Lemak disimpan dalam jaringan subkutan dan memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh, sumber energi, bahan dasar pembentukan membran sel dan hormon steroid, sumber asam lemak esensial, transport vitamin larut lemak,penghemat protein, penghasil panas, dan pemberi rasa kenyang. Lipid juga merupakan komponen penting sel saraf dalam penjalaran gelombang depolarisasi di sepanjang serabut saraf bermielin (Herlina, 2018).
Gorengan adalah makanan yang mengalami proses penggorengan dengan menggunakan minyak goreng. Jenis makanan tersebut merupakan salah satu jajanan yang mudah didapat karena banyak dijajakan hingga di pinggir jalan (Suleeman, E. & Sulastri, E, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan Steffan et al (2008), menunjukkan bahwa 17 responden mengaku membeli gorengan sebanyak 1-2 kali tiap minggunya. Sebanyak 9 responden membeli gorengan 3-4 kali, tidak ada responden yang membeli gorengan sebanyak 5-6 kali tiap minggunya. Sedangkan sisanya, yaitu 24 responden, mengaku intensitas pembelian gorengan  dalam seminggu tidak menentu.
Menggoreng bahan pangan banyak dilakukan di Indonesia karena merupakan suatu metode memasak bahan pangan yang umum dilakukan. Bahan pangan hasil gorengan merupakan sebagian besar dari menu makanan manusia. Pada proses penggorengan, minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan. Minyak goreng yang dikonsumsi sangat erat kaitannya bagi kesehatan kita. Minyak yang berulang kali digunakan dapat menyebabkan penurunan mutu bahkan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Anwar, R. W, 2012).
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyairantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (polunsaturat) cenderung berbentuk minyak (Herlina,2018).
Minyak goreng yang dipakai berulang atau yang lebih dikenal dengan sebutan minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya yang merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tanggaumumnya. Dan ditinjau dari sifat kimianya minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa karsiogenik yang terjadi selama proses penggorengan ( Ketaren, 2005).
Penggunaan minyak goreng secara terus-menerus dab nerulang-ulang pada suhu tinggi (160-180) disertai dengan adanya kontak dengan udara dan air pada proses pengorengan akan menyebabkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang. Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan (Yustinah, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Jonarson (2004), tentang analisa kadar asam lemak minyak goreng yang digunakan penjual makanan jajanan gorengan di padang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minyak goreng yang belurn digunakan hingga 3 kali pemakaian. Penelitian dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga pemakaian ketiga. Semakin sering minyak goreng tersebut digunakan, maka semakin tinggi kandungan asam lemak jenuhnya yaitu pada minyak yang belum dipakai (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali pakai (46,32%).

B.     Bahan dan Metode
1.      Lokasi Penelitian
Adapun Lokasi penelitian bertempat di sekitar Lingkungan Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi.
2.      Desain dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasi Langsung. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap penelitian yaitu tahap pendahuluan dilakukan berupa observasi untuk untuk mengetahui seberapa banyak penjual gorengan serta untuk mengetahui gorengan apa saja yang terdapat di lingkungan IAIN. Hasil yang didapatkan dari penelitian pendahuluan ini akan dilanjutkan ke penelitian utama untuk dianalisa kandungan asam lemak bebas pada sampel. Variabel dalam penelitian ini adalah frekuensi pemakaian minyak atau pemakaian minyak berulang dan asam lemak bebas sebagai variabel independen.
3.      Populasi dan Sampel
Populasi  dalam  penelitian  adalah  semua  penjual  jajanan  gorengan  yang  tersebar  di sekitar lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon yaitu  sebanyak  2  penjual gorengan.  Sampel dalam penelitian  ini  adalah minyak dan gorengan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 2 penjual gorengan.

Pedagang 1
Pedagang 2
4.      Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Sedangkan data mengenai kadar  asam lemak bebas diperoleh melalui hasil analisis langsung.
5.      Analisis Data
Data hasil penelitian diolah menggunakan Microsoft Word dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

C.    Hasil Observasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang paling tinggi kandungan asam lemak bebasnya antara minyak bekas hasil penggorengan berulang (sampel A) yang digunakan selama 2 hari dengan minyak bekas hasil penggorengan berulang (sampel B) yang digunakan selama satu hari lebih tinggi kandungan asam lemak bebasnya yaitu pada sampel A.

Minyak Goreng baru dipakai. 3
Minyak Goreng telah dipakai selama 2 hari.  4
Perbandingan Minyak Baru dan Minyak Lama. 5
Hal tersebut disebabkan karena penyimpanan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan fisika-kimia pada minyak goreng sehingga kandungan asam lemak jenuh pada minyak yang disimpan dalam jangka waktu yang lama akan semakin tinggi.

D.    PEMBAHASAN
Hasil analisa menunjukkan bahwa penggunaan minyak goreng berulang berpengaruh terhadap persentase kadar asam lemak bebas. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa minyak dari makanan gorengan berpengaruh nyata terhadap kadar asam lemak bebas dari makanan yang digoreng.
Kadar asam lemak bebas hasil ekstraksi dari gorengan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar asam lemak bebas dari minyak bekas hasil penggorengan. Peningkatan persentase asam lemak bebas ini disebabkan adanya pertukaran komponen air pada bahan pangan yang digoreng dengan minyak yang dijadikan media penggorengan. Kerusakan yang terjadi pada minyak goreng yang digunakan berulang kali dalam proses penggorengan disebabkan adanya reaksi kompleks yang terjadi pada saat bahan pangan digoreng (Ketaren, 2008).
Adanya kandungan air dan udara pada bahan pangan semakin meningkatkan kerusakan yang terjadi pada minyak yang dapat dianalisa dengan menghitung kadar asam lemak bebas dari minyak tersebut. Semakin lama penggunan minyak untuk menggoreng semakin tinggi pula kandungan asam lemak bebas yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan hasil studi tentang kerusakan minyak yang menyatakan bahwa komposisi bahan pangan yang digoreng mempengaruhi kerusakan minyak. Kerusakan minyak dapat dipercepat oleh adanya air, protein, karbohidrat dan bahan lain (Dewandari, 2001).
Kandungan asam-asam lemak bebas yang timbul, menandai penurunan mutu atau kerusakan pada minyak. Kerusakan minyak selama proses menggoreng akan memengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat oksidasi polimerasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Menurut Gunawan (2003).
Frekuensi menggoreng mengakibatkan perubahan sifat fisika minyak, minyak menjadi lebih kental, terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan dan warna minyak menjadi lebih keruh.
Terjadinya kenaikan kadar asam lemak bebas juga disebabkan oleh lamanya penyimpanan. Selama penyimpanan, minyak dan lemak mengalami perubahan fisika-kimia yang dapat disebabkan oleh proses hidrolisis maupun oksidasi. Penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada minyak lalu membentuk gliserol dan asam lemak bebas (Sutiah dkk., 2008).
Kualitas gorengan yang telah digoreng pada minyak bekas dan minyak yang baru sangat berbeda. Gorengan pada sampel A yang digoreng pada minyak baru kandungan asam lemaknya tidak terlalu banyak, dan ketika dilap oleh kertas pun minyaknya sedikit serta pada kertasnya bersih. Sedangkan gorengan pada sampel B yang digoreng pada minyak bekas selama 2 hari kandungan asam lemaknya terlihat sangat banyak dan dalam gorengan tersebut terdapat kotoran-kotoran berwarna hitam yang menempel, dalam kertas untuk mengelapnya pun kotor dan minyak yang diserap di kertas sangat banyak.
Asam lemak bebas sudah terdapat pada minyak sebelum pemakaian pertama, hal tersebut dikarenakan minyak yang dipakai oleh pedagang tersebut merupakan minyak curah yang mungkin sebelumnya sudah dipakai oleh orang lain. Minyak tersebut sering disebut dalam masyarakat sebagai minyak jelantah. Minyak yang telah digunakan berulang kali untuk menggoreng atau minyak jelantah akan mengalami perubahan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida.
Ditinjau secara kimiawi, minyak jelantah yang mengandung senyawa karsinogenik yaitu asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan penyabunan dan kadar air yang nilainya melebihi standar SNI. Kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah akan semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu penggorengan begitu juga pada bilangan peroksida (Muchtadi, 2009).
Hal tersebut dibenarkan pula oleh Anwar (2012) yang menyatakan bahwa Jumlah asam lemak bebas semakin meningkat dengan lama waktu proses penggorengan. Asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng digunakan sebagai salah satu indikasi kualitas minyak goreng. Reaksi hidrolisis lebih mudah terjadi pada minyak yang mengandung komponen asam lemak rantai pendek dan tak jenuh dari pada asam lemak rantai panjang dan jenuh karena asam lemak rantai pendek dan tak jenuh bersifat lebih larut dalam air. Penambahan minyak baru pada proses penggorengan akan memperlambat terjadinya reaksi hidrolisis.
Hidrolisa minyak dan lemak menghasilkan asam-asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi cita-rasa dan bau dari pada bahan itu. Hidrolisa dapat disebabkan oleh adanya air dalam lemak atau minyak atau karena kegiatan enzim (Buckle dkk., 2010). Kadar air terbentuk dalam minyak merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kemurnian minyak dan berhubungan dengan kekuatan daya simpannya, sifat goreng, bau dan rasa. Kadar air sangat menentukan kualitas dari minyak yang dihasilkan. Kadar air berperan dalam proses oksidasi maupun hidrolisis minyak yang akhirnya dapat menyebabkan ketengikan. Semakin tinggi kadar air, minyak semakin cepat tengik (Mualifah, 2009).
Asam lemak bebas merupakan hasil perombakan yang terjadi pada asam lemak yang disebabkan adanya reaksi kompleks pada minyak. Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas pada minyak menandakan semakin menurunnya mutu dari minyak goreng tersebut. Reaksi hidrolisa yang terjadi pada minyak akan mengakibatkan kerusakan minyak karena terdapat sejumlah air dalam minyak tersebut dan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas dan beberapa gliserol (Muchtadi,2009).

E.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kandungan lemak pada gorengan yang digoreng dengan minyak bekas lebih banyak daripada gorengan yang digoreng pada minyak baru. Dalam minyak bekas, terdapat kotoran-kotoran hitam yang juga menempel pada sampel gorengan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. W(2012) Studi Pengaruh Suhu Dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas  Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan. Under Graduate, Universitas  Hasanuddin.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H. & Wootton, M.,(2010). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Gunawan, MA, M. T. & Rahayu, A. (2003). Analisis Pangan: Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan Variasi Menggoreng. JSKA, VI.
Ketaren, S. (2005). Pengantar Teknologi; Minyak dan Lemak Pangan Jakarta, UI Press
Mualifah, S. (2009). Penentuan Angka Asam Thiobarbiturat Dan Angka Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian Dengan Karbon Aktif Dari Biji Kelor  (Moringa Oleifera, Lamk). Under Graduate, Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim.
Muchtadi, D. (2009). Pengantar Ilmu Gizi, Bandung, CV. Alfabeta
Suleeman, E. & Sulastri, E. (2006). Jajanan Favorit Separuh Rumah Tangga Di Indonesia Mengandung Zat Berbahaya. Suara Pembaharuan.
Sutiah, K., Sofjan firdausi & Budi, W. S. (2008). Studi Kualitas Minyak Goreng Dengan Parameter Viskositas Dan Indeks Bias. Berkala Fisika, 11, 53-58.
Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Yustinah. (2011). Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta

LAMPIRAN
       
    
   
           


https://biologieducation.blogsport.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal MAKESTA IPPNU/IPPNU

GURU SEBAGAI PENDIDIK PROFESIONAL